Harga kakao baru saja terkena dampak dari berbagai arah. Kontrak ICE NY bulan Desember turun -0,62% dan kakao London turun -1,47% setelah Trump mengumumkan rencana untuk memangkas 10% tarif timbal balik pada komoditas yang tidak ditanam di AS—ya, termasuk kakao. Masalahnya? Kakao Brasil masih menghadapi tarif keamanan nasional yang besar sebesar 40%.
Tapi inilah yang sebenarnya mengejutkan: Afrika Barat akan segera membanjiri pasar dengan kakao.
Krisis Pasokan Sedang Berbalik
Pantai Gading (produsen #1 dunia) mengirim 516.787 MT hingga pertengahan November—turun 5,7% dari tahun lalu, yang tampaknya optimis. Tapi sekarang? Petani melaporkan kondisi yang luar biasa. Cuaca kering membantu biji kakao mengering dengan sempurna, dan buah kakao berkembang lebih cepat dari biasanya di Ghana. Mondelez baru saja mencatat bahwa jumlah buah kakao di Afrika Barat 7% di atas rata-rata 5 tahun.
Permintaan Adalah Masalah Lain
Cokelat tidak laris di pasaran. Penjualan Halloween Hershey “mengecewakan”—dan Halloween biasanya menyumbang ~18% dari penjualan permen tahunan AS. Sementara itu, bel alarm yang sebenarnya:
Penggilingan kakao Asia turun -17% tahun-ke-tahun (kuartal 3 terkecil dalam 9 tahun )
Penggilingan kakao Eropa turun -4,8% y/y ( terendah Q3 dalam satu dekade )
Volume penjualan cokelat di Amerika Utara turun -21% pada Q3
Bahkan dengan produksi Nigeria yang lebih rendah diperkirakan (-11% untuk 2025/26), matematika tidak berjalan ketika pembeli tidak membeli.
Gambaran Pasokan Berubah
Inilah plot twistnya: Setelah defisit besar selama 60 tahun pada 2023/24 (-494.000 MT), ICCO memproyeksikan surplus 142.000 MT untuk 2024/25—surplus pertama dalam 4 tahun. Produksi global melonjak +7,8% menjadi 4,84 MMT.
Satu Titik Cerah
Stok kakao ICE di pelabuhan AS mencapai terendah 7,75 bulan (1,766,644 kantong), yang biasanya mendukung harga. Namun, itu sedang berjuang melawan permintaan yang lemah dan pasokan yang masuk.
Intinya? Kakao terjebak di antara dua pilihan sulit—kebijakan tarif menekan harga, panen di Afrika Barat meningkat, tetapi permintaan cokelat secara global sedang cepat mendingin.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Pasar Kakao Menghadapi Badai Sempurna: Pengurangan Tarif + Lonjakan Pasokan
Harga kakao baru saja terkena dampak dari berbagai arah. Kontrak ICE NY bulan Desember turun -0,62% dan kakao London turun -1,47% setelah Trump mengumumkan rencana untuk memangkas 10% tarif timbal balik pada komoditas yang tidak ditanam di AS—ya, termasuk kakao. Masalahnya? Kakao Brasil masih menghadapi tarif keamanan nasional yang besar sebesar 40%.
Tapi inilah yang sebenarnya mengejutkan: Afrika Barat akan segera membanjiri pasar dengan kakao.
Krisis Pasokan Sedang Berbalik
Pantai Gading (produsen #1 dunia) mengirim 516.787 MT hingga pertengahan November—turun 5,7% dari tahun lalu, yang tampaknya optimis. Tapi sekarang? Petani melaporkan kondisi yang luar biasa. Cuaca kering membantu biji kakao mengering dengan sempurna, dan buah kakao berkembang lebih cepat dari biasanya di Ghana. Mondelez baru saja mencatat bahwa jumlah buah kakao di Afrika Barat 7% di atas rata-rata 5 tahun.
Permintaan Adalah Masalah Lain
Cokelat tidak laris di pasaran. Penjualan Halloween Hershey “mengecewakan”—dan Halloween biasanya menyumbang ~18% dari penjualan permen tahunan AS. Sementara itu, bel alarm yang sebenarnya:
Bahkan dengan produksi Nigeria yang lebih rendah diperkirakan (-11% untuk 2025/26), matematika tidak berjalan ketika pembeli tidak membeli.
Gambaran Pasokan Berubah
Inilah plot twistnya: Setelah defisit besar selama 60 tahun pada 2023/24 (-494.000 MT), ICCO memproyeksikan surplus 142.000 MT untuk 2024/25—surplus pertama dalam 4 tahun. Produksi global melonjak +7,8% menjadi 4,84 MMT.
Satu Titik Cerah
Stok kakao ICE di pelabuhan AS mencapai terendah 7,75 bulan (1,766,644 kantong), yang biasanya mendukung harga. Namun, itu sedang berjuang melawan permintaan yang lemah dan pasokan yang masuk.
Intinya? Kakao terjebak di antara dua pilihan sulit—kebijakan tarif menekan harga, panen di Afrika Barat meningkat, tetapi permintaan cokelat secara global sedang cepat mendingin.