Imbal hasil obligasi pemerintah Jepang 10 tahun hampir mencapai 1,9%. Hal ini sebelumnya sama sekali tidak mungkin terjadi.

Selama tiga puluh tahun terakhir, ini sebenarnya tidak bisa dianggap sebagai produk pasar yang nyata — ini lebih seperti tongkat bagi Bank Sentral Jepang. Bank sentral menahan imbal hasil di dekat nol, menyerap sebagian besar pangsa pasar, dan angka imbal hasil lebih mirip dengan sinyal kebijakan daripada umpan balik harga yang nyata.

Tapi sekarang situasinya berubah. Obligasi mulai bergerak sesuai dengan hukum pasar, lonjakan mendadak ini sebenarnya melepaskan sinyal: Anda tidak bisa selamanya menutup mulut pasar dengan kebijakan.

Inflasi telah kembali dan tidak mau pergi. Utang Jepang sangat tinggi dan menakutkan. Dengan bank sentral secara bertahap meninggalkan kontrol kurva imbal hasil, para investor akhirnya mulai menuntut imbal hasil yang nyata. Dari obligasi jangka 2 tahun hingga 30 tahun, seluruh kurva imbal hasil sedang naik, situasi seperti ini belum pernah terlihat sejak sebelum krisis keuangan global.

Tapi ini bukanlah cerita dongeng tentang "normalisasi yang lancar." Pasar sedang menguji satu hal: apakah Jepang bisa keluar dari kebijakan ekstrem selama tiga puluh tahun tanpa merobohkan seluruh sistem.

Masalahnya adalah, bagaimana jika siklus ekonomi global mengalami masalah?

Ada satu poin kunci yang tidak disukai orang untuk dibahas: strategi pengalihan ini hanya dapat diterapkan ketika ekonomi dunia masih cukup stabil.

Jika dunia benar-benar jatuh ke dalam jurang resesi, atau bahkan lebih parah - deflasi kembali muncul... Jepang akan menjadi yang pertama mundur. Tidak ada negara yang lebih takut pada monster deflasi dibandingkan Jepang. Begitu pertumbuhan ekonomi terhenti, volume perdagangan menyusut, dan harga global terjun bebas, apakah Anda pikir bank sentral Jepang akan hanya diam melihat imbal hasil terus meroket, sementara ekonomi domestik terus merosot?

Tidak mungkin. Mereka akan segera menjatuhkan suku bunga kembali ke harga lantai dan membeli obligasi lagi.