Bank of Japan memperkuat sikapnya dengan menaikkan suku bunga menjadi 0,75%, menandai level tertinggi dalam tiga dekade terakhir. Meski langkah ini diambil, mata uang yen terus melemah dan mencapai level terlemah dalam sejarah baru. Pasar sudah memperhitungkan perubahan kebijakan ini sebelumnya, sehingga pergerakannya menjadi kurang berdampak dari yang diharapkan.
Masalah tingkat suku bunga riil negatif
Inti permasalahan tidak hanya pada angka 0,75%. Tingkat suku bunga riil—yang telah dikurangi efek inflasi—tetap berada di wilayah negatif, menciptakan insentif alami untuk mempertahankan yen. Dinamika ini terus mendorong operasi carry trade, di mana investor global menjual mata uang yen untuk mendapatkan dolar AS, demi meraih imbal hasil lebih tinggi di ekonomi lain. Sebagai gambaran, 30 juta yen yang dikonversi ke dolar menunjukkan volume pergerakan yang konstan dari aktivitas semacam ini.
Tekanan struktural terhadap mata uang
Pedoman yang kurang pasti dari Bank of Japan melengkapi gambaran tantangan ini. Sementara otoritas moneter berusaha memberi sinyal ketegasan, tingginya tingkat utang negara menciptakan batasan praktis untuk kenaikan suku bunga yang lebih agresif. Kombinasi ini—pedoman yang tidak pasti dan kerentanan fiskal—terus menekan yen ke bawah, terutama terhadap dolar.
Implikasi untuk Bitcoin dan aset kripto
Secara historis, kenaikan suku bunga menimbulkan tekanan pada Bitcoin, mengurangi minat terhadap aset berisiko. Namun, dinamika saat ini lebih kompleks. Yen yang jauh lebih melemah bisa memicu intervensi mata uang jika pasangan USD/JPY mendekati 160. Pergerakan geopolitik terkait kebijakan nilai tukar ini sering kali berimbas pada pasar kripto.
Dalam konteks transisi ini, pelaku pasar harus memantau secara cermat perilaku altcoin sebagai indikator perubahan aliran modal global. Korelasi antara melemahnya mata uang tradisional dan pencarian aset alternatif cenderung meningkat saat dinamika carry trade mengalami reconfigurasi.
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Kelemahan yen tetap bertahan meskipun kebijakan moneter Jepang yang agresif
Bank of Japan memperkuat sikapnya dengan menaikkan suku bunga menjadi 0,75%, menandai level tertinggi dalam tiga dekade terakhir. Meski langkah ini diambil, mata uang yen terus melemah dan mencapai level terlemah dalam sejarah baru. Pasar sudah memperhitungkan perubahan kebijakan ini sebelumnya, sehingga pergerakannya menjadi kurang berdampak dari yang diharapkan.
Masalah tingkat suku bunga riil negatif
Inti permasalahan tidak hanya pada angka 0,75%. Tingkat suku bunga riil—yang telah dikurangi efek inflasi—tetap berada di wilayah negatif, menciptakan insentif alami untuk mempertahankan yen. Dinamika ini terus mendorong operasi carry trade, di mana investor global menjual mata uang yen untuk mendapatkan dolar AS, demi meraih imbal hasil lebih tinggi di ekonomi lain. Sebagai gambaran, 30 juta yen yang dikonversi ke dolar menunjukkan volume pergerakan yang konstan dari aktivitas semacam ini.
Tekanan struktural terhadap mata uang
Pedoman yang kurang pasti dari Bank of Japan melengkapi gambaran tantangan ini. Sementara otoritas moneter berusaha memberi sinyal ketegasan, tingginya tingkat utang negara menciptakan batasan praktis untuk kenaikan suku bunga yang lebih agresif. Kombinasi ini—pedoman yang tidak pasti dan kerentanan fiskal—terus menekan yen ke bawah, terutama terhadap dolar.
Implikasi untuk Bitcoin dan aset kripto
Secara historis, kenaikan suku bunga menimbulkan tekanan pada Bitcoin, mengurangi minat terhadap aset berisiko. Namun, dinamika saat ini lebih kompleks. Yen yang jauh lebih melemah bisa memicu intervensi mata uang jika pasangan USD/JPY mendekati 160. Pergerakan geopolitik terkait kebijakan nilai tukar ini sering kali berimbas pada pasar kripto.
Dalam konteks transisi ini, pelaku pasar harus memantau secara cermat perilaku altcoin sebagai indikator perubahan aliran modal global. Korelasi antara melemahnya mata uang tradisional dan pencarian aset alternatif cenderung meningkat saat dinamika carry trade mengalami reconfigurasi.