Melihat angka akun melorot ke bawah, jari tak sadar menunjuk tombol tambah posisi—betapa akrabnya pikiran ini?
"Turunkan biaya, semakin dalam penurunan semakin harus beli."
Kalimat ini terdengar sangat masuk akal, tetapi di pasar, orang yang mengalami margin call karena kalimat ini tidak pernah kekurangan.
Seorang trader pernah bilang ke saya, bahwa pertama kali menambah posisi hanya kerugian kecil beberapa ribu rupiah. Hasilnya, rencana "semakin turun semakin tambah" dijalankan tiga putaran, akhirnya benar-benar menyebabkan margin call. Sebaliknya, ada juga yang saat keuntungan mulai muncul langsung gila-gilaan menambah posisi, mengubah rasio risiko-imbalan yang awalnya cukup baik menjadi keringat dingin di tengah malam pukul 2.
Ini bukan dua kasus khusus, hampir setiap trader pernah melewati jalan ini di suatu titik.
**Apa sebenarnya arti dari menambah posisi?**
Singkatnya, menambah posisi adalah voting kedua terhadap logika yang sama. Jika logikanya masih berlaku, kamu hanya memperbesar keuntungan; jika logikanya sudah runtuh, kamu mempercepat kerugian. Masalahnya bukan pada menambah posisi itu sendiri, tetapi apakah kamu benar-benar sudah memikirkannya dengan matang sebelum melakukannya.
Banyak orang tidak bisa membedakan dua jenis "semakin turun semakin beli":
Satu adalah penambahan posisi secara teknikal—sudah direncanakan sebelumnya kapan harus menambah secara bertahap, di level support mana harus berhenti rugi, dan saat harga mencapai posisi kunci, menambah sesuai rencana. Penambahan posisi seperti ini risiko relatif lebih terkendali karena kamu tahu hasil terburuknya.
Yang lain adalah penambahan posisi secara emosional—baru panik mencari alasan untuk menambah saat harga turun, sama sekali tidak memikirkan berapa berat posisi mereka, di titik stop loss mana, hanya ingin mengurangi kecemasan dengan menambah lagi. Kamu mengira sedang "membeli dasar", padahal sebenarnya sedang bertaruh marah.
**"Semakin turun semakin beli" hanya bisa bertahan di kondisi tertentu**
Tidak semua penurunan layak untuk menambah posisi. Banyak kasus orang yang menambah posisi di kontrak leverage tinggi dan langsung mengalami margin call—itu bukan "semakin turun semakin beli", melainkan "semakin turun semakin rugi".
Jika kamu benar-benar ingin menambah posisi, harus memenuhi beberapa syarat ini:
Pertama, kamu bermain di pasar spot atau kontrak leverage rendah. Menambah posisi dengan leverage tinggi sama saja membuka jalan menuju margin call.
Kedua, tren jangka besar belum pecah. Level support utama belum ditembus, bukan karena kamu berkeras "tidak mau kalah" dan mampu menahan.
Ketiga, menggunakan dana yang sudah direncanakan. Bukan dengan mengisi saldo saat harga turun—itu adalah "recovery fund" yang menunjukkan perencanaan modal kamu bermasalah.
Keempat, setiap langkah harus memiliki stop loss yang jelas. Artinya, kamu harus tahu apa hasil terburuknya dan mampu menanggungnya.
Keempat syarat ini harus dipenuhi sekaligus. Banyak orang hanya memenuhi satu atau dua syarat lalu nekat, akhirnya menyesal tak terbayangkan.
**Kapan harus segera berhenti?**
Tanda-tanda berikut ini jangan ditunda:
Alasan kamu menambah posisi berubah menjadi "tidak rela". Ini bukan keputusan trading lagi, melainkan emosi balas dendam.
Kamu tidak bisa menyebutkan di mana titik stop loss kamu. Bahkan tidak memikirkan skenario terburuk, tapi sudah berani menambah posisi?
Logika awal sudah rusak, tetapi kamu masih terpaku pada harga biaya, membayangkan "balik modal lalu keluar". Ini disebut jebakan biaya tenggelam, tanda awal kerugian.
Satu-satunya tujuan kamu sekarang hanyalah balik modal. Balik modal bukan tujuan utama, keuntungan adalah. Jika mindset berubah menjadi "asal tidak rugi", maka kamu sudah kalah.
**Tiga hal yang harus diingat trader pemula**
Pertama, hanya tambah posisi saat sedang profit, jangan menambah saat rugi. Trading mengikuti tren untuk memperbesar keputusan yang benar, melawan tren memperbesar kesalahan. Kebanyakan orang malah sebaliknya.
Kedua, semua penambahan posisi harus sesuai rencana. Penambahan dadakan adalah emosi yang menguasai. Rencana mungkin terlihat kaku, tapi justru bisa menyelamatkanmu.
Ketiga, sebelum menambah posisi, tanyakan pada diri sendiri tiga pertanyaan: Apakah logikanya masih berlaku? Apakah saya mampu menanggung stop loss saya? Setelah menambah, apakah masih ada jalan keluar? Kalau tidak bisa menjawab, jangan tambah posisi.
**Akhir kata**
Pasar tidak kekurangan orang yang nekat menambah posisi. Ada yang berhasil, tapi lebih banyak yang akhirnya rugi. Pasar hanya memberi penghargaan kepada mereka yang disiplin menjalankan aturan.
Menambah posisi adalah alat, bisa menjadi senjata, bisa juga menjadi peluru. Kuncinya adalah ke mana ujung pisau itu mengarah—ke peluang pasar, atau ke kelemahan diri sendiri. Kebanyakan orang memilih yang terakhir.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
11 Suka
Hadiah
11
6
Posting ulang
Bagikan
Komentar
0/400
DegenDreamer
· 8jam yang lalu
Ini lagi, pola lama yang membuat orang menambah posisi sampai margin call, aku belum pernah lihat siapa pun yang benar-benar jadi kaya karena ini
Lihat AsliBalas0
MeltdownSurvivalist
· 8jam yang lalu
Ini adalah kisah penuh air mata dan darah saya, tiga kali menambah posisi langsung diberikan ke bursa
Lihat AsliBalas0
BearMarketBard
· 8jam yang lalu
又是这个老套路... Saat jari menekan tombol pengisian ulang, otak sudah tidak bekerja lagi.
Lihat AsliBalas0
GateUser-e51e87c7
· 9jam yang lalu
Kembali lagi, ini seperti sedang membicarakan saya sendiri... Teman yang langsung mengalami margin call saat menambah posisi di tiga putaran itu, saya sangat mengerti.
Lihat AsliBalas0
DataOnlooker
· 9jam yang lalu
Saat jari menunjuk tombol pengisian ulang, saya sudah tahu saya selesai.
---
Sejujurnya, pepatah "semakin turun, semakin beli" ini membunuh secara tak kasat mata.
---
Belum memikirkan titik stop loss tapi sudah berani menambah posisi? Pantas saja.
---
Itu lagi-lagi pengisian ulang emosi, saya pernah meledak seperti itu sebelumnya.
---
Pengisian ulang karena emosi paling mematikan, bahkan lebih buruk dari langsung all in.
---
Mengapa selalu ada orang yang tidak bisa membedakan antara pengisian posisi secara teknis dan emosional?
---
Pelajaran saya adalah terjebak dalam perangkap biaya tenggelam. Obsesi untuk kembali modal benar-benar bisa menghancurkan trader.
---
Kontrak leverage tinggi masih "semakin turun, semakin beli", ini bunuh diri.
---
Dikatakan dana dalam rencana, tapi malah terus mengisi saat harga turun, tidak bisa berhenti sama sekali.
---
Logika sudah hancur tapi masih memperhatikan harga biaya, mental ini sudah tidak berguna lagi.
---
Saya tidak bisa menjawab tiga pertanyaan sebelum menambah posisi, jadi sekarang saya tidak menambah.
---
Kalimat bahwa pasar memberi penghargaan kepada orang yang tenang benar-benar menyentuh saya, saya adalah orang yang kalah.
Lihat AsliBalas0
0xSoulless
· 9jam yang lalu
Satu lagi artikel tentang "mengendalikan risiko", yang terdengar sangat nyata... Masalahnya adalah kebanyakan orang mengikuti rencana sampai mereka mengalami margin call atau likuidasi.
Melihat angka akun melorot ke bawah, jari tak sadar menunjuk tombol tambah posisi—betapa akrabnya pikiran ini?
"Turunkan biaya, semakin dalam penurunan semakin harus beli."
Kalimat ini terdengar sangat masuk akal, tetapi di pasar, orang yang mengalami margin call karena kalimat ini tidak pernah kekurangan.
Seorang trader pernah bilang ke saya, bahwa pertama kali menambah posisi hanya kerugian kecil beberapa ribu rupiah. Hasilnya, rencana "semakin turun semakin tambah" dijalankan tiga putaran, akhirnya benar-benar menyebabkan margin call. Sebaliknya, ada juga yang saat keuntungan mulai muncul langsung gila-gilaan menambah posisi, mengubah rasio risiko-imbalan yang awalnya cukup baik menjadi keringat dingin di tengah malam pukul 2.
Ini bukan dua kasus khusus, hampir setiap trader pernah melewati jalan ini di suatu titik.
**Apa sebenarnya arti dari menambah posisi?**
Singkatnya, menambah posisi adalah voting kedua terhadap logika yang sama. Jika logikanya masih berlaku, kamu hanya memperbesar keuntungan; jika logikanya sudah runtuh, kamu mempercepat kerugian. Masalahnya bukan pada menambah posisi itu sendiri, tetapi apakah kamu benar-benar sudah memikirkannya dengan matang sebelum melakukannya.
Banyak orang tidak bisa membedakan dua jenis "semakin turun semakin beli":
Satu adalah penambahan posisi secara teknikal—sudah direncanakan sebelumnya kapan harus menambah secara bertahap, di level support mana harus berhenti rugi, dan saat harga mencapai posisi kunci, menambah sesuai rencana. Penambahan posisi seperti ini risiko relatif lebih terkendali karena kamu tahu hasil terburuknya.
Yang lain adalah penambahan posisi secara emosional—baru panik mencari alasan untuk menambah saat harga turun, sama sekali tidak memikirkan berapa berat posisi mereka, di titik stop loss mana, hanya ingin mengurangi kecemasan dengan menambah lagi. Kamu mengira sedang "membeli dasar", padahal sebenarnya sedang bertaruh marah.
**"Semakin turun semakin beli" hanya bisa bertahan di kondisi tertentu**
Tidak semua penurunan layak untuk menambah posisi. Banyak kasus orang yang menambah posisi di kontrak leverage tinggi dan langsung mengalami margin call—itu bukan "semakin turun semakin beli", melainkan "semakin turun semakin rugi".
Jika kamu benar-benar ingin menambah posisi, harus memenuhi beberapa syarat ini:
Pertama, kamu bermain di pasar spot atau kontrak leverage rendah. Menambah posisi dengan leverage tinggi sama saja membuka jalan menuju margin call.
Kedua, tren jangka besar belum pecah. Level support utama belum ditembus, bukan karena kamu berkeras "tidak mau kalah" dan mampu menahan.
Ketiga, menggunakan dana yang sudah direncanakan. Bukan dengan mengisi saldo saat harga turun—itu adalah "recovery fund" yang menunjukkan perencanaan modal kamu bermasalah.
Keempat, setiap langkah harus memiliki stop loss yang jelas. Artinya, kamu harus tahu apa hasil terburuknya dan mampu menanggungnya.
Keempat syarat ini harus dipenuhi sekaligus. Banyak orang hanya memenuhi satu atau dua syarat lalu nekat, akhirnya menyesal tak terbayangkan.
**Kapan harus segera berhenti?**
Tanda-tanda berikut ini jangan ditunda:
Alasan kamu menambah posisi berubah menjadi "tidak rela". Ini bukan keputusan trading lagi, melainkan emosi balas dendam.
Kamu tidak bisa menyebutkan di mana titik stop loss kamu. Bahkan tidak memikirkan skenario terburuk, tapi sudah berani menambah posisi?
Logika awal sudah rusak, tetapi kamu masih terpaku pada harga biaya, membayangkan "balik modal lalu keluar". Ini disebut jebakan biaya tenggelam, tanda awal kerugian.
Satu-satunya tujuan kamu sekarang hanyalah balik modal. Balik modal bukan tujuan utama, keuntungan adalah. Jika mindset berubah menjadi "asal tidak rugi", maka kamu sudah kalah.
**Tiga hal yang harus diingat trader pemula**
Pertama, hanya tambah posisi saat sedang profit, jangan menambah saat rugi. Trading mengikuti tren untuk memperbesar keputusan yang benar, melawan tren memperbesar kesalahan. Kebanyakan orang malah sebaliknya.
Kedua, semua penambahan posisi harus sesuai rencana. Penambahan dadakan adalah emosi yang menguasai. Rencana mungkin terlihat kaku, tapi justru bisa menyelamatkanmu.
Ketiga, sebelum menambah posisi, tanyakan pada diri sendiri tiga pertanyaan: Apakah logikanya masih berlaku? Apakah saya mampu menanggung stop loss saya? Setelah menambah, apakah masih ada jalan keluar? Kalau tidak bisa menjawab, jangan tambah posisi.
**Akhir kata**
Pasar tidak kekurangan orang yang nekat menambah posisi. Ada yang berhasil, tapi lebih banyak yang akhirnya rugi. Pasar hanya memberi penghargaan kepada mereka yang disiplin menjalankan aturan.
Menambah posisi adalah alat, bisa menjadi senjata, bisa juga menjadi peluru. Kuncinya adalah ke mana ujung pisau itu mengarah—ke peluang pasar, atau ke kelemahan diri sendiri. Kebanyakan orang memilih yang terakhir.