Ada fenomena yang layak diwaspadai: tiga eksekutif senior dari DEX terkenal mendapatkan total gaji tahunan sebesar 3,87 juta dolar AS, sementara dana yang dialokasikan untuk seluruh komunitas hanya 10 juta. Tampaknya angka ini besar, tetapi jika dihitung proporsinya—biaya yang digunakan oleh yayasan untuk membayar staf dan uang yang digunakan untuk membangun ekosistem—sama sekali tidak seimbang.

Membandingkan dengan proyek L2 lain menjadi semakin mencolok. Mereka mengelola dana komunitas sebesar 63,5 juta dengan biaya hanya 2,13 juta, efisiensi yang sangat tinggi. Melihat lagi yayasan DEX tersebut, transparansi operasinya juga biasa saja, laporan keuangannya bahkan lebih ambigu.

Apa artinya ini? Banyak dana besar dari proyek-proyek top sebenarnya tidak benar-benar mengalir ke pembangunan ekosistem dan dukungan pengembang. Sebaliknya, dana tersebut semakin terkonsentrasi di tangan yayasan dan pengelola. Di mana janji desentralisasi? Sekarang malah terbentuk kelompok kepentingan baru, hanya saja mengenakan "pengelolaan komunitas" sebagai kedok.

Apa yang harus dilakukan investor ritel? Pertama, gunakan hak suara Anda, dengan dingin mengamati proyek-proyek yang tingkat konsentrasi token pengelolaan tinggi dan operasi yayasan yang tidak transparan. Kedua, jika Anda benar-benar memegang token pengelolaan terkait, jangan ragu untuk berpartisipasi dalam voting dan menolak skema gaji yang tidak masuk akal. Ketiga, alihkan perhatian ke ekosistem baru yang benar-benar efisien dalam mendistribusikan sumber daya dan didorong oleh komunitas; mereka mungkin adalah masa depan.

Sejarah mengajarkan kita, pemuda yang membunuh naga akhirnya sering menjadi naga jahat. Desentralisasi sejati bukanlah fitur teknis di tingkat kode, tetapi siapa yang memegang kekuasaan dan keuntungan. Jika hanya segelintir orang yang memutuskan, maka itu hanyalah desentralisasi dengan nama yang diubah.