USD/JPY melonjak ke 158! Pertarungan di balik sinyal kenaikan suku bunga Bank of Japan

Yen Tertekan, Logika Di Balik Lonjakan Nilai Tukar yang Cepat

Minggu ini pasar menyambut sebuah titik balik penting. Nilai tukar USD/JPY pada hari Kamis (20 November) melonjak ke 157.78, hanya satu langkah dari angka bulat 158.0, mencatat level tertinggi baru sejak pertengahan Januari. Lonjakan besar di pasar valuta asing ini mencerminkan permainan kompleks antara kebijakan fiskal dan moneter Jepang.

Seiring waktu yang sama, hasil obligasi pemerintah Jepang jangka 10 tahun meningkat ke 1.842%, mencapai level tertinggi dalam fase ini. Investor secara besar-besaran menjual obligasi Jepang dan yen, mendorong penguatan USD/JPY. Fenomena ini bukan kebetulan—langsung dipicu oleh penyesuaian ekspektasi pasar terhadap arah kebijakan Jepang di masa depan.

Ketidakseimbangan antara Lemahnya Ekonomi dan Ekspansi Fiskal

Data yang dirilis hari Senin (17 November) menunjukkan bahwa PDB kuartal ketiga Jepang mengalami penurunan 1.8% secara tahunan, menandai kontraksi pertama dalam enam kuartal terakhir. Di saat pertumbuhan ekonomi melemah, pemerintah Jepang justru merencanakan paket stimulus besar-besaran—pemerintah kota Tokyo mempertimbangkan penambahan anggaran sekitar 14 triliun yen untuk tahun fiskal ini, kemungkinan melebihi anggaran tahun lalu sebesar 13.9 triliun yen.

Di balik anggaran besar ini tersembunyi dilema pembuat kebijakan. Data ekonomi yang buruk membutuhkan stimulus, tetapi terlalu banyak stimulus bisa memperburuk kondisi fiskal Jepang yang sudah rapuh. Kepala manajemen aset RBC BlueBay, Mark Dowding, memperingatkan bahwa jika kepercayaan terhadap kebijakan pemerintah Tokyo terganggu, investor mungkin mulai menjual semua aset. Jika pasar merasakan kesalahan kebijakan Jepang meningkat, institusi mungkin akan menambah posisi short pada kurva jangka pendek, melakukan short pada obligasi jangka pendek untuk mengantisipasi volatilitas pasar.

Normalisasi Kebijakan Bank of Japan Wajib Dilakukan

Pada hari Kamis, anggota Dewan Kebijakan Bank of Japan, Junko Koide, mengirimkan sinyal penting—kemungkinan besar akan ada kenaikan suku bunga bulan depan. Keputusan suku bunga Bank of Japan akan diumumkan pada 19 Desember, yang berarti dalam siklus kenaikan suku bunga AS, Bank of Japan juga mungkin akan memulai proses normalisasi kebijakan moneternya sendiri.

Pernyataannya bukan tanpa dasar. Indikator inflasi utama Jepang telah bertahan selama lebih dari tiga setengah tahun di dekat atau di atas target bank sentral. Tekanan inflasi yang berkelanjutan ini memberi dasar fundamental bagi kebijakan kenaikan suku bunga. Namun, upah riil pada bulan September menurun untuk bulan kesembilan berturut-turut, menunjukkan bahwa daya beli rumah tangga Jepang sedang mengalami tekanan besar. Yen yang terus melemah akan memperburuk situasi ini.

Kekhawatiran Jangka Panjang: Yen Melemah dalam Lingkungan Kenaikan Suku Bunga AS

Dalam konteks kenaikan suku bunga AS, yen menghadapi tekanan depresiasi sistemik. Ketika yen melemah bersamaan dengan meningkatnya inflasi, daya beli riil rumah tangga akan terkikis dua arah—biaya impor barang meningkat, sementara gaji domestik menurun. Inilah alasan mendalam mengapa Bank of Japan terpaksa mendorong kenaikan suku bunga.

Menteri Keuangan Jepang, Shunichi Suzuki, berulang kali mengeluarkan peringatan lisan, menekankan kekhawatiran terhadap fluktuasi nilai tukar yang cepat dan satu arah, serta pentingnya stabilitas nilai tukar yang mencerminkan faktor fundamental. Pesan tersirat adalah bahwa pemerintah berusaha menciptakan ruang opini untuk kebijakan kenaikan suku bunga bank sentral, sekaligus memperingatkan bahwa depresiasi berlebihan tidak dapat diterima.

Kekhawatiran Industri: Bisa Berubah Menjadi “Tiga Serangkai Jatuhnya Pasar Saham, Valuta Asing, dan Obligasi”

Kepala strategi T&D Asset Management, Hirotada Ando, mengatakan bahwa stimulus sebesar 25 triliun yen memang besar, tetapi pasar meragukan kebutuhan akan langkah sebesar itu. Ia khawatir setelah pengumuman stimulus, akan muncul skenario “tiga serangkai jatuhnya pasar saham, valuta asing, dan obligasi”, mirip dengan gejolak pasar saat pelantikan Liz Truss di Inggris pada 2022.

Strategi makro dari Alex Loo, analis strategi makro TDSecurities di Singapura, sependapat, jika pemerintah Tokyo mengusulkan “anggaran besar-besaran”, imbal hasil obligasi pemerintah jangka panjang Jepang bisa meningkat lebih jauh, dan nilai tukar yen terhadap dolar AS bisa melemah ke 160.

Aspek Teknis: Perhatikan Hambatan 160.0 dan Jendela Waktu

Grafik harian menunjukkan RSI USD/JPY sudah dalam kondisi overbought, menandakan bahwa harga sedang mempercepat kenaikan, dan tren jangka pendek tetap bullish. Jika USD/JPY stabil di atas 157.0, diperkirakan akan melanjutkan rebound dan menguji level 160.0. Fokus utama adalah jendela waktu sekitar 27 November, dan investor harus waspada terhadap potensi perubahan tren.

Pasar saat ini berada dalam fase resonansi antara ekspektasi kebijakan dan aspek teknis. Di satu sisi, kenaikan suku bunga AS terus mendukung kekuatan dolar; di sisi lain, ekspektasi kenaikan suku bunga Bank of Japan semakin nyata; tekanan kebijakan dua arah terhadap yen membentuk siklus lengkap. Dalam jangka pendek, level 158.0 dan 160.0 akan menjadi titik kunci yang menentukan arah lanjutan nilai tukar.

Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
  • Hadiah
  • Komentar
  • Posting ulang
  • Bagikan
Komentar
0/400
Tidak ada komentar
  • Sematkan

Perdagangkan Kripto Di Mana Saja Kapan Saja
qrCode
Pindai untuk mengunduh aplikasi Gate
Komunitas
Bahasa Indonesia
  • 简体中文
  • English
  • Tiếng Việt
  • 繁體中文
  • Español
  • Русский
  • Français (Afrique)
  • Português (Portugal)
  • Bahasa Indonesia
  • 日本語
  • بالعربية
  • Українська
  • Português (Brasil)