Motivator Lapar

Suatu sore yang mendung, Udin sedang galau berat karena baru saja diputusin pacarnya. Ia pun mengajak sahabat seniornya, Pak Budi (yang wajahnya mirip tokoh penting tapi versi low budget), untuk curhat di warung mie ayam langganan.
Udin: "Saya nggak ngerti, Pak. Kenapa dia ninggalin saya? Padahal saya udah kasih semuanya. Hati saya hancur..." (Udin mulai sesenggukan).
Pak Budi tidak langsung menjawab. Wajahnya datar, tatapannya tajam menembus uap kuah mie ayam. Dengan gerakan lambat dan penuh wibawa, tangan kanannya meraih botol saos sambal.
Pak Budi: "Din, hidup itu soal hitung-hitungan..."
Udin berhenti menangis sejenak, berharap dapat petuah bijak. "Maksudnya gimana, Pak?"
Pak Budi mulai menuangkan saos dengan presisi tinggi ke mangkoknya. Matanya tidak berkedip.
Pak Budi: "Kamu tahu kenapa kalian putus? Rumusnya sederhana. Di atas sana tertulis..." (Pak Budi menunjuk awang-awang dengan dagunya) "...Ego ditambah Ego, hasilnya Bubar. Dua keras kepala nggak bisa nyatu."
Udin tertegun. "Wah... dalam banget, Pak. Jadi saya harus menurunkan ego saya?"
Pak Budi tiba-tiba mengaduk mienya dengan semangat 45, merusak momen hening tadi.
Pak Budi: "Itu teori, Din. Kalau prakteknya sekarang beda lagi rumusnya."
Udin: "Rumus apa lagi, Pak?"
Pak Budi: "Rumus bertahan hidup. Mie Ayam ditambah Teh Manis, hasilnya KENYANG. Udah, nggak usah nangis. Mending kamu pesen sekarang keburu mie-nya abis. Galau nggak bikin kenyang, Din!"
Udin: "..." (Langsung teriak) "Mas! Mie ayam dua, ceker satu!"
Pesan moral: Kadang solusi patah hati terbaik bukan kata-kata mutiara, tapi karbohidrat dan gula.