Sumber: DigitalToday
Judul Asli: Israel·China, Perluasan Mata Uang Digital… Apakah Posisi Stablecoin AS Terancam?
Tautan Asli: https://www.digitaltoday.co.kr/news/articleView.html?idxno=609251
Israel dan China mulai serius dalam memperluas mata uang digital, menantang dominasi stablecoin AS.
Menurut media blockchain, Israel sedang mempercepat rencana shekel digital, sementara China terus memperluas yuan digital. Langkah-langkah ini diartikan sebagai perubahan global yang mengancam pengaruh stablecoin berbasis dolar AS.
Stablecoin telah menjadi elemen kunci di pasar aset digital, dengan volume perdagangan bulanan melebihi 2 triliun dolar dan kapitalisasi pasar melebihi 310 miliar dolar. Sebagian besar berbasis dolar, dengan perusahaan seperti Tether dan Circle muncul sebagai elemen kunci dalam infrastruktur pembayaran global. Sebagai respons, pemerintah di berbagai negara telah memperkenalkan regulasi yang membatasi ekspansi stablecoin.
Israel sedang memperkuat regulasi stablecoin dan mendorong pengembangan shekel digital. Gubernur Bank Sentral Israel, Amir Yaron, baru-baru ini mengungkapkan kebijakan pengawasan yang ketat terhadap stablecoin dalam konferensi yang diadakan di Tel Aviv. Ia memperingatkan, “Tether dan Circle mendominasi pasar, dan jika ada masalah dengan cadangan atau aset mereka, itu dapat mempengaruhi sistem keuangan secara keseluruhan.” Gubernur Yaron menilai, “Stablecoin kini bukan lagi pasar niche, tetapi telah tumbuh pada skala setara dengan bank internasional menengah.” Oleh karena itu, Israel sedang mempercepat pengembangan shekel digital, dengan tujuan mengurangi ketergantungan pada aset digital swasta.
Tiongkok juga sedang mengambil tindakan tegas. Bank Sentral Tiongkok memperkuat larangan luas terhadap cryptocurrency, memblokir aktivitas stablecoin, dan menutup celah yang tersisa. Otoritas Tiongkok mengklaim bahwa aset digital memfasilitasi pencucian uang dan pengalihan modal, dan tidak memberikan status mata uang legal. Pada saat yang sama, digital yuan ( e-CNY ) sedang berkembang pesat. Bank Rakyat Tiongkok ( PBOC ) baru-baru ini mengumumkan bahwa volume transaksi e-CNY telah meningkat dua kali lipat dalam 14 bulan, mencapai 2 triliun dolar hingga September. Program percontohan sedang berjalan di kota-kota utama, sistem pembayaran sektor publik, dan beberapa saluran komersial, melalui mana digital yuan semakin mendalam dalam aktivitas keuangan sehari-hari.
China sedang mempercepat digital yuan dengan mengecualikan stablecoin dan berusaha mengurangi ketergantungan pada sistem keuangan berbasis dolar AS. Berbeda dengan pendekatan hati-hati Israel, China sedang memperluas mata uang digitalnya melalui regulasi yang ketat. Ini diartikan sebagai bagian dari gerakan global untuk melemahkan dominasi stablecoin AS.
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Israel dan China, memperluas mata uang digital... Apakah ini mengganggu posisi stablecoin AS?
Sumber: DigitalToday Judul Asli: Israel·China, Perluasan Mata Uang Digital… Apakah Posisi Stablecoin AS Terancam? Tautan Asli: https://www.digitaltoday.co.kr/news/articleView.html?idxno=609251
Israel dan China mulai serius dalam memperluas mata uang digital, menantang dominasi stablecoin AS.
Menurut media blockchain, Israel sedang mempercepat rencana shekel digital, sementara China terus memperluas yuan digital. Langkah-langkah ini diartikan sebagai perubahan global yang mengancam pengaruh stablecoin berbasis dolar AS.
Stablecoin telah menjadi elemen kunci di pasar aset digital, dengan volume perdagangan bulanan melebihi 2 triliun dolar dan kapitalisasi pasar melebihi 310 miliar dolar. Sebagian besar berbasis dolar, dengan perusahaan seperti Tether dan Circle muncul sebagai elemen kunci dalam infrastruktur pembayaran global. Sebagai respons, pemerintah di berbagai negara telah memperkenalkan regulasi yang membatasi ekspansi stablecoin.
Israel sedang memperkuat regulasi stablecoin dan mendorong pengembangan shekel digital. Gubernur Bank Sentral Israel, Amir Yaron, baru-baru ini mengungkapkan kebijakan pengawasan yang ketat terhadap stablecoin dalam konferensi yang diadakan di Tel Aviv. Ia memperingatkan, “Tether dan Circle mendominasi pasar, dan jika ada masalah dengan cadangan atau aset mereka, itu dapat mempengaruhi sistem keuangan secara keseluruhan.” Gubernur Yaron menilai, “Stablecoin kini bukan lagi pasar niche, tetapi telah tumbuh pada skala setara dengan bank internasional menengah.” Oleh karena itu, Israel sedang mempercepat pengembangan shekel digital, dengan tujuan mengurangi ketergantungan pada aset digital swasta.
Tiongkok juga sedang mengambil tindakan tegas. Bank Sentral Tiongkok memperkuat larangan luas terhadap cryptocurrency, memblokir aktivitas stablecoin, dan menutup celah yang tersisa. Otoritas Tiongkok mengklaim bahwa aset digital memfasilitasi pencucian uang dan pengalihan modal, dan tidak memberikan status mata uang legal. Pada saat yang sama, digital yuan ( e-CNY ) sedang berkembang pesat. Bank Rakyat Tiongkok ( PBOC ) baru-baru ini mengumumkan bahwa volume transaksi e-CNY telah meningkat dua kali lipat dalam 14 bulan, mencapai 2 triliun dolar hingga September. Program percontohan sedang berjalan di kota-kota utama, sistem pembayaran sektor publik, dan beberapa saluran komersial, melalui mana digital yuan semakin mendalam dalam aktivitas keuangan sehari-hari.
China sedang mempercepat digital yuan dengan mengecualikan stablecoin dan berusaha mengurangi ketergantungan pada sistem keuangan berbasis dolar AS. Berbeda dengan pendekatan hati-hati Israel, China sedang memperluas mata uang digitalnya melalui regulasi yang ketat. Ini diartikan sebagai bagian dari gerakan global untuk melemahkan dominasi stablecoin AS.