# Coinbase vs SEC: enkripsi apakah benar-benar barang koleksi atau investasi? Drama klasik di pengadilan.

Dalam sidang pada hari Rabu, pengacara Coinbase William Savitt mengeluarkan sebuah perumpamaan—membeli koin itu seperti mengumpulkan perangko, Anda hanya membeli barang itu sendiri, tanpa melibatkan hak apapun.

Secara spesifik, logika Savitt adalah sebagai berikut: ketika Anda membeli koin yang dikeluarkan oleh perusahaan mainan Beanie Babies, itu berbeda dengan membeli mainan Beanie Babies itu sendiri. Membeli saham memberi Anda hak suara dan hak atas dividen; membeli koin? Anda tidak memiliki hak apa pun, hanya sekadar koleksi.

Tetapi SEC tidak setuju. Mereka mengacu pada preseden Mahkamah Agung tahun 1946: selama Anda menginvestasikan uang ke sebuah perusahaan dan berharap untuk mendapatkan keuntungan dari usaha orang lain, itu dianggap sebagai produk investasi dan harus tunduk pada hukum sekuritas. Berdasarkan standar ini, di balik token enkripsi selalu ada perusahaan atau jaringan, yang sebenarnya diinvestasikan oleh pengguna adalah potensi pertumbuhan perusahaan-perusahaan ini, yang pasti termasuk dalam kategori sekuritas.

**Mengapa kasus ini penting?**

Ini bukan hanya masalah Coinbase. Pada bulan Juni, SEC secara langsung menggugat Coinbase karena menjalankan bursa sekuritas secara ilegal dan melakukan bisnis broker, serta mengawasi layanan staking-nya. Sebelumnya, SEC juga menang dalam kasus Terraform Labs, di mana hakim memutuskan bahwa UST, LUNA, dan koin lainnya adalah sekuritas. Putusan saat ini dapat mempengaruhi seluruh industri—jika koin dianggap sebagai sekuritas, semua transaksi harus terdaftar, dan proyek staking harus tunduk pada regulasi.

CEO Coinbase Brian Armstrong telah menyatakan bahwa meskipun kalah dalam gugatan, dia akan tetap beroperasi di AS, dan juga akan menantang larangan dari sepuluh negara bagian, akhirnya memperluas layanan staking ke seluruh 50 negara bagian di AS.

Singkatnya: gugatan ini menentukan aturan permainan masa depan ekosistem enkripsi di Amerika Serikat.