Anda mungkin telah mendengarnya seribu kali: “90% dari jutaawan membangun kekayaan mereka melalui real estat.” Influencer real estat menyukai kalimat ini. Ini terdengar sederhana, dapat diakses, bahkan demokratis. Tetapi inilah masalahnya—ini pada dasarnya adalah fiksi pemasaran.
Angka Tidak Bohong
Mari kita mulai dengan populasi jutaannya yang sebenarnya. AS memiliki sekitar 23 juta jutaaan, kira-kira 6,7% dari populasi. Tidak semua orang, kan?
Sekarang, para guru real estat mengklaim bahwa memiliki properti adalah tiket emas menuju status jutawan. Tapi perhatikan ini: hanya 2 dari 3 orang Amerika memiliki rumah. Dan dari para pemilik rumah tersebut? Hanya 8,2% yang memiliki properti bernilai lebih dari $1 juta.
Bahkan jika kita membayangkan rumah-rumah seharga satu juta dolar muncul secara ajaib secara gratis—tanpa usaha, tanpa uang muka—hanya 5,3% orang Amerika yang akan mencapai status jutawan. Itu jauh dari 90%.
Satu statistik mengejutkan lagi: hanya 5% orang Amerika yang memiliki beberapa properti. Narasi kerajaan real estat hancur dengan cepat ketika Anda melihat datanya.
Jadi, Dari Mana Kekayaan Sejati Sebenarnya Datang?
Pekerjaan. Meskipun terdengar membosankan, itulah cerita sebenarnya.
Kebanyakan jutawan membangun kekayaan melalui pekerjaan mereka—baik menjalankan bisnis mereka sendiri atau menaiki tangga korporat di perusahaan orang lain. Ini kurang menarik dibandingkan dengan “beli properti, jadi kaya,” tetapi itulah yang sebenarnya ditunjukkan oleh data.
Ini bukan berarti real estat tidak bisa cerdas. Portofolio yang beragam mungkin harus mencakup properti. Tetapi memperlakukannya seperti kode curang kekayaan? Itu adalah penipuan.
Rumus Sebenarnya
Ingin menjadi jutawan? Itu tidak glamor: kerja keras + keputusan cerdas + disiplin finansial. Tidak ada jalan pintas. Tidak ada sihir. Tidak ada mitos 90%.
Berhenti mengejar narasi yang terdengar baik. Sebagai gantinya, kejar data.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Berhenti Percaya pada Dongeng Jutawan Real Estat
Anda mungkin telah mendengarnya seribu kali: “90% dari jutaawan membangun kekayaan mereka melalui real estat.” Influencer real estat menyukai kalimat ini. Ini terdengar sederhana, dapat diakses, bahkan demokratis. Tetapi inilah masalahnya—ini pada dasarnya adalah fiksi pemasaran.
Angka Tidak Bohong
Mari kita mulai dengan populasi jutaannya yang sebenarnya. AS memiliki sekitar 23 juta jutaaan, kira-kira 6,7% dari populasi. Tidak semua orang, kan?
Sekarang, para guru real estat mengklaim bahwa memiliki properti adalah tiket emas menuju status jutawan. Tapi perhatikan ini: hanya 2 dari 3 orang Amerika memiliki rumah. Dan dari para pemilik rumah tersebut? Hanya 8,2% yang memiliki properti bernilai lebih dari $1 juta.
Bahkan jika kita membayangkan rumah-rumah seharga satu juta dolar muncul secara ajaib secara gratis—tanpa usaha, tanpa uang muka—hanya 5,3% orang Amerika yang akan mencapai status jutawan. Itu jauh dari 90%.
Satu statistik mengejutkan lagi: hanya 5% orang Amerika yang memiliki beberapa properti. Narasi kerajaan real estat hancur dengan cepat ketika Anda melihat datanya.
Jadi, Dari Mana Kekayaan Sejati Sebenarnya Datang?
Pekerjaan. Meskipun terdengar membosankan, itulah cerita sebenarnya.
Kebanyakan jutawan membangun kekayaan melalui pekerjaan mereka—baik menjalankan bisnis mereka sendiri atau menaiki tangga korporat di perusahaan orang lain. Ini kurang menarik dibandingkan dengan “beli properti, jadi kaya,” tetapi itulah yang sebenarnya ditunjukkan oleh data.
Ini bukan berarti real estat tidak bisa cerdas. Portofolio yang beragam mungkin harus mencakup properti. Tetapi memperlakukannya seperti kode curang kekayaan? Itu adalah penipuan.
Rumus Sebenarnya
Ingin menjadi jutawan? Itu tidak glamor: kerja keras + keputusan cerdas + disiplin finansial. Tidak ada jalan pintas. Tidak ada sihir. Tidak ada mitos 90%.
Berhenti mengejar narasi yang terdengar baik. Sebagai gantinya, kejar data.