Robusta Coffee (RMF26) hari ini melesat ke titik tertinggi dalam dua minggu, naik 2,37%, sementara Arabica Coffee (KCH26) hanya naik 0,57%. Di balik perbedaan pasar ini terdapat dua faktor utama: dolar yang melemah memicu penutupan posisi hedging, dan Provinsi Dak Lak, daerah penghasil kopi terbesar di Vietnam, mengalami hujan deras yang menyebabkan keterlambatan panen.
Risiko Cuaca Vietnam VS Ekspektasi Peningkatan Produksi Brasil
Badan Pusat Statistik Vietnam melaporkan pada November bahwa ekspor kopi dari Januari hingga Oktober meningkat 13,4% tahun-ke-tahun menjadi 1,31 juta ton, dengan produksi diperkirakan naik 6% menjadi 1,76 juta ton (29,4 juta kantong) pada tahun anggaran 2025/26, mencapai level tertinggi dalam 4 tahun. Namun, Vicofa memperingatkan bahwa jika cuaca tidak mendukung, penurunan produksi bisa mencapai 10%.
Sebaliknya, StoneX Brasil memprediksi bahwa produksi pada tahun 2026/27 akan meningkat 29% menjadi 70,7 juta kantong, di mana biji arabika mencapai 47,2 juta kantong. Ekspektasi peningkatan produksi ini memberikan tekanan pada biji arabika.
Dampak Ganda Persediaan dan Bea Cukai
Stok biji kopi Arabika ICE jatuh ke level terendah 1,75 tahun sebesar 396.500 kantong, sementara stok biji Robusta juga menurun ke titik terendah 4 bulan sebanyak 5.640 tangan—ini adalah konsekuensi langsung dari kenaikan tarif 40% AS terhadap kopi Brasil. Data menunjukkan bahwa impor kopi Brasil oleh AS dari Agustus hingga Oktober anjlok 52% year-on-year menjadi 984.000 kantong.
Pola Pasokan Global Menjadi Ketat
Organisasi Kopi Internasional melaporkan pada bulan November bahwa ekspor kopi global tahun ini mengalami penurunan kecil sebesar 0,3% menjadi 139 juta kantong, menandakan adanya sinyal pasokan yang ketat. Departemen Pertanian AS memperkirakan bahwa produksi global pada tahun 2025/26 akan meningkat sebesar 2,5% menjadi 177 juta kantong, rekor tertinggi, tetapi persediaan hanya meningkat sebesar 4,9%—laju pertumbuhan produksi tidak secepat laju pertumbuhan konsumsi.
Poin Penting: Dampak tarif + peningkatan produksi Vietnam membentuk Hedging, tetapi tekanan inventaris global dan ketidakpastian cuaca Brasil masih menjadi dukungan harga.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Pergerakan harga futures kopi terpisah: Hujan di Vietnam meningkatkan harga biji Robusta
Robusta Coffee (RMF26) hari ini melesat ke titik tertinggi dalam dua minggu, naik 2,37%, sementara Arabica Coffee (KCH26) hanya naik 0,57%. Di balik perbedaan pasar ini terdapat dua faktor utama: dolar yang melemah memicu penutupan posisi hedging, dan Provinsi Dak Lak, daerah penghasil kopi terbesar di Vietnam, mengalami hujan deras yang menyebabkan keterlambatan panen.
Risiko Cuaca Vietnam VS Ekspektasi Peningkatan Produksi Brasil
Badan Pusat Statistik Vietnam melaporkan pada November bahwa ekspor kopi dari Januari hingga Oktober meningkat 13,4% tahun-ke-tahun menjadi 1,31 juta ton, dengan produksi diperkirakan naik 6% menjadi 1,76 juta ton (29,4 juta kantong) pada tahun anggaran 2025/26, mencapai level tertinggi dalam 4 tahun. Namun, Vicofa memperingatkan bahwa jika cuaca tidak mendukung, penurunan produksi bisa mencapai 10%.
Sebaliknya, StoneX Brasil memprediksi bahwa produksi pada tahun 2026/27 akan meningkat 29% menjadi 70,7 juta kantong, di mana biji arabika mencapai 47,2 juta kantong. Ekspektasi peningkatan produksi ini memberikan tekanan pada biji arabika.
Dampak Ganda Persediaan dan Bea Cukai
Stok biji kopi Arabika ICE jatuh ke level terendah 1,75 tahun sebesar 396.500 kantong, sementara stok biji Robusta juga menurun ke titik terendah 4 bulan sebanyak 5.640 tangan—ini adalah konsekuensi langsung dari kenaikan tarif 40% AS terhadap kopi Brasil. Data menunjukkan bahwa impor kopi Brasil oleh AS dari Agustus hingga Oktober anjlok 52% year-on-year menjadi 984.000 kantong.
Pola Pasokan Global Menjadi Ketat
Organisasi Kopi Internasional melaporkan pada bulan November bahwa ekspor kopi global tahun ini mengalami penurunan kecil sebesar 0,3% menjadi 139 juta kantong, menandakan adanya sinyal pasokan yang ketat. Departemen Pertanian AS memperkirakan bahwa produksi global pada tahun 2025/26 akan meningkat sebesar 2,5% menjadi 177 juta kantong, rekor tertinggi, tetapi persediaan hanya meningkat sebesar 4,9%—laju pertumbuhan produksi tidak secepat laju pertumbuhan konsumsi.
Poin Penting: Dampak tarif + peningkatan produksi Vietnam membentuk Hedging, tetapi tekanan inventaris global dan ketidakpastian cuaca Brasil masih menjadi dukungan harga.